Print this page
Tuesday, 11 September 2012 01:04

ChKM-W “I am the original ChKM”

Rate this item
(0 votes)

Yo guys uda sering denger kan yah ChKM dihina dina sebagai medikamen endodontik? baca dulu yg ini....hehehe

Parachlorophenol pertama kali diperkenalkan dalam kedokteran gigi oleh Otto Walkhoff (ChKM-W). Larutan ChKM-W dahulu dapat digunakan untuk mendekontaminasi semua daerah yang terinfeksi paling bersih dibandingkan larutan lainnya. ChKM-W juga memiliki sedikit efek samping pada daerah infeksi yang dipaparkan. Pada waktu itu ChKM merupakan satu-satunya disinfektan di Jerman yang diakui dapat melakukan disinfeksi granuloma periapikal.

 

Untuk menghasilkan ChKM-W diperlukan teknik khusus. Penambahan disinfektan berupa kamfer sebagai pelarut akan menghasilkan larutan yang stabil dalam suhu ruang. Efek kaustik dari parachlorophenol pada larutan dapat ditekan tanpa harus kehilangan efek bekterisid nya. Mentol yang tidak larut air juga berperan sebagai disinfektan dan memiliki efek astringen dan anestesi. Komponen-komponen ChKM-W hanya dikombinasikan secara fisik. Campuran chlorphenol-kamfer-mentol akan cepat sekali terpisah bahkan hanya dengan sekret yang hanya sedikit. Mentol dan kamfer akan berpresipitasi menjadi butiran kristal kecil dan membentuk deposit. Parachlorophenol akan larut dan membentuk larutan yang non-kasutik, tetapi masih memiliki efek bakterisid. Konsentrasi ChKM-W yang sama akan selalu terpecah seperti tersebut tanpa dipengaruhi volum sekret yang ada. Oleh sebab itu bahan ini tidak akan menyebabkan nekrosis jaringan yang sehat, kebalikan dari NaOCl, yang mengahancurkan jaringan yang mati juga jaringan yang sehat serta dentin. Dalam bentuk gas larutan ChKM-W dapat berpenetrasi ke tubuli dan kanal medular, mencapai periapeks, dan kemudian mendisinfeksi jaringan dan permukaan yang terkontaminasi.

Sekarang ini ChKM seringkali dipertanyakan karena seringkali disamakan dengan larutan chlorphenol-kamfer yang dipelajari oleh Spangberg dan dinyatakan terlalu toksik untuk digunakan. Yang dipelajari oleh Spangberg sebenarnya adalah bentuk dari larutan yang tidak jenuh, dimana komponen chlorphenol yang digunakan amat banyak (dengan harga lebih murah), dengan sedikit kamfer (yang harganya mahal), dan alkohol sebagai pelarutnya.

Larutan ini berbeda dengan larutan yang dibuat oleh Walkhoff yang memakai sedikit parachlorophenol yang diampur kamfer hingga jenuh dan tidak menggunakan alkohol. Penggunaan alkohol sebagai pelarut akan dapat membuat larutan chlorphenol menguap dan toksik terhadap jaringan. Oleh sebab itu farmakologi komponen, rasio, dan persiapan preparat merupakan hal yang penting. ChKM-W dinyatakan dapat membunuh bakteri E. Faecalisbahkan hingga ke dalam tubuli dentin dan seringkali digunakan oleh para peneliti sebagai acuan untuk pengujian disinfektan yang mereka pelajari. Menurut literatur, larutan asli dari Walkhoff hanya bersifat sedikit presipitatif terhadap protein, non-teratogenik, dan non-karsinogenik. Satu-satunya kerugiannya adalah aroma atau rasanya yang tidak enak.

Fenol atau derivat nya, seperti paramonochlorofenol dan cresol, dahulu merupakan medikamen saluran akar antar kunjungan yang seringkali digunakan. Bahan ini seringkali dikombinasikan dengan kamfer untuk membentuk suatu larutan berkamfer untuk memperlambat penglepasan fenol untuk mengurangi toksistas bahan ini. Komponen ini telah terbukti dapat mengiritasi jaringan dan sangat toksik (Engstrom & Spangberg 1969, Spangberg dkk 1973, 1979) juga memiliki efek antimikroba yang sangat terbatas (Bystrom dkk, 1985). Kombinasi toksisitas yang tinggi, dan terbatasnya keefektifan klinis telah menyingkirkan komponen berbasis fenol dari daftar medikamen antibakteri saluran akar yang dianjurkan. Tetapi bahan ini masih seringkali digunakan dalam bentuk konsentrat yang lebih rendah (pengenceran 1:5 dari formula Buckley yang mengandung formaldehid 19% dan kresol 35%).2

Fenol atau golongan asam karboksilat, merupakan salah satu agen antimikroba tertua yang digunakan dalam kedokteran gigi. Walaupun bahan ini sangat toksik, derivat fenol, seperti paramonochlorophenol, thymol dan kresol masih sering digunakan dalam bidang endodontik. Fenol merupakan racun protoplasmik dengan efekivitas antibakteri non-spesifik yang akan optimum pada konsentrasi 1-2%. Banyak praktisi memberikan konsentrasi fenol, hingga lebih dari 30%.

Sumber

  1. Osswald R. The Problem of Endodontitis and Managing It Through Conservative Dentistry. Munich, Germany: 2005. Available atwww.tarzahn.de/Neue%20Faelle/Englisch/Osswald-Deppe-Englisch.pdf; 30 November 2010

  2. Hauman CHJ, Love RM. Biocomaptibility of dental materials used in contemporary endodontik therapy: a review. Part 1. intracanal drug an substance; International Endodontic journal, 36, 75-85.

  3. Yamen. Irigation and Disinfection in Endodontics. Available at http://www.facebook.com/topic.php?uid=127065213972586&topic=119; 29 November 2010.

 

 

 

Read 12582 times Last modified on Saturday, 25 July 2015 16:00